Halo, Sobat Braillion! Sudah lama tidak menyapa kalian. Beberapa bulan terakhir, perhatian saya tersedot ke pendidikan S2 dan penyesuaian hidup di Negeri Kangguru. Kali ini mau berbagi pengalaman membaca Al-Qur’an memakai braille display—mulai dari apa itu perangkatnya, kenapa perlu file BRF standar, sampai cara mendapatkan Mushaf Braille Standar Indonesia yang resmi.
Sekilas tentang braille display
Braille display (atau refreshable braille display) adalah perangkat yang menampilkan huruf dan simbol dalam titik braille yang “naik-turun” secara elektronik. Perangkat ini umumnya memiliki satu baris titik braile, yakni sekitar 20 sampai 40 cell. Satu cel biasanya berisi 6 atau 8 titik braille. Perangkat ini juga bisa beroperasi secara mandiri atau terhubung ke ponsel atau komputer melalui USB atau Bluetooth dan bekerja bersama pembaca layar. Ada dua tipe umum:
- Braille display murni (berbasis OS sendiri): fokus untuk membaca/mengetik braille, biasanya disertai fitur catatan dan pembaca dokumen.
- Braille notetaker berbasis Android: memiliki berbagai aplikasi bawaan seperti word processor, dictionary, web browser, radio internet, YouTube, dll. Selain itu, karena sistem berbasis Android sehingga bisa memasang aplikasi yang kompatibel dan membaca berbagai format dokumen langsung di perangkat.
Ukurannya ringkas—sering seukuran tablet mini—jadi mudah dibawa di tas kecil.
Kenapa enak dipakai untuk tilawah?
Mushaf Al-Qur’an braille cetak biasanya terdiri dari banyak jilid dan berat totalnya bisa belasan kilogram. Dengan braille display, seluruh 30 juz (beserta terjemahan) muat di satu perangkat ringan. Keuntungan lain:
- Mudah dibawa ke manapun, seperti kampus atau masjid.
- Pencarian cepat ke surah/ayat tertentu.
- Kualitas titik konsisten, karena dihasilkan secara elektronik.
- Integrasi pembaca layar, membantu ejaan dan tanda baca bila diperlukan.
Mengapa harus format BRF dan standar mushaf?
Al-Qur’an braille memiliki standar penulisan yang berbeda di tiap negara/kawasan. Indonesia memakai Mushaf Al-Qur’an Braille Standar Indonesia, sedangkan Arab Saudi menggunakan standar Mushaf Madinah. Perbedaan ini mencakup pemenggalan, tanda waqaf, dan aturan lain. Karena itu:
- Mengubah teks Qur’an visual biasa menjadi braille tanpa acuan standar sering menghasilkan tata letak yang keliru.
- Format yang umum dipakai untuk braille adalah BRF (Braille Ready Format) agar tata letak dan kaidah mushaf tetap terjaga di perangkat.
Cara mendapatkan Mushaf Braille Standar Indonesia (resmi)
Untuk mengikuti standar Indonesia, rujukan otoritatifnya adalah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ), Kementerian Agama RI—lembaga yang berwenang melakukan pentashihan mushaf, termasuk mushaf braille. Langkah praktis:
- Kunjungi situs resmi LPMQ atau portal Pustaka Lajnah untuk informasi layanan mushaf braille dan publikasi pedoman.
- Ajukan permohonan sesuai petunjuk (isi data diri dan tujuan penggunaan). Anda dapat memulai proses pengajuan melalui laman LPMQ di atas pada menu layanan/kontak yang tersedia.
- Tunggu konfirmasi beserta tautan unduhan resmi bila permohonan disetujui.
Sebagai rujukan teknis, Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur’an Braille (Edisi Penyempurnaan) dari LPMQ menjelaskan kaidah penulisan—berguna agar pembacaan di perangkat konsisten dengan standar nasional.
Intinya: gunakan berkas BRF dari sumber resmi. Untuk standar Indonesia, rujuk LPMQ. Untuk standar Madinah, tersedia mushaf braille dalam format BRF dari King Fahd Complex (Madinah).
Pengalaman Pribadi
Perangkat yang saya gunakan untuk tilawah adalah Braille Sense 6 (HIMS), pemberian dari pemerintah Australia. Ukurannya ringkas dan mudah dibawa. Sensasi titik braille mirip braille di kertas: posisinya pas, tidak tajam, dan nyaman diikuti.
Perpindahan sel braille cukup cepat, dengan motor penggerak yang hampir senyap. Di kedua ujung baris terdapat masing-masing dua tombol gulir (atas/bawah)—total empat tombol—yang memudahkan naik-turun baris tanpa perlu menggeser tangan. Jari tangan kiri bisa fokus menekan tombol gulir, sementara jari tangan kanan tetap meraba titik-titik braille. Atau juga bisa mengaktifkan fitur gulir otomatis, sehingga tidak perlu menekan tombol untuk berpindah baris.
Penutup
Braille display membuat tilawah jadi ringkas, rapi, dan tetap sesuai kaidah. Kuncinya sederhana: pastikan sumber berkas BRF resmi dan sesuai standar mushaf yang digunakan. Semoga pengalaman ini membantu Sobat yang ingin mulai atau memaksimalkan tilawah Al-Qur’an di braille display. Jika butuh rujukan, mulai dari laman LPMQ untuk standar Indonesia; untuk standar Madinah, cek King Fahd Complex.
0 Komentar